IBUKU SAKIT
Bismillah
Alhamdulillah
Allahumma sholi alan nabi…….
Kugenggan erat seraya kucium tanganyang rapuh itu penuh takdhim. Sementara dada ini hamper tak kuat menyerap oksigen, sesak nafasku melihat ia terbujur dengan nafas yang tersisa. Tangannya kalau boleh akan terus ku genggam sampai kapanpun. Tangannya yang kurus kering ini kalau boleh akan aku jadikan penyangga ruang batinku. Akhirnya aku tak kuasa untuk meneruskan kalimat ini……….. Ibu……..
Akupun menangis sesuggukan di antara bibir yang ku gigit. Aku tahu pasti, bahwa engkau akan bilang:
“Din ora usah ditangisi takdir sing laku.”
Itulah kalimat dari mulut yang mulia ibuku di sela-sela sakit yang menahun.
Ibuku yang sebelumnya tak pernah lupa senin kamis, sekarang bukan hanya senin kamis, tapi full setiap saat kelaparan, karna sulitnya makanan masuk dalam perutnya.
Ibuku yang selalu bilang dan mengingatkan aku. “Shalat malam aja ditinggalke “ Sekarang ibuku sendiri yang tidak bias bermalam-malam. Karana tak bias tidur.
Aku masih bias menahan suaraku yang tampak mau keluar, walau hanya desah yang brgetar. Tapi aku tak sanggup menahan gejolak jiwaku, yang membuncah menangisi derita ibuku….. Oh ibu………. Akupun merendahkan diriku mencium kakinya. Rasanaya aku masih kurang hina untuk takdhim padamu…………. Love you Mother........